Baca Juga
Dulu, jalan kampungku begitu sepi. Tanpa adanya lampu penerangan jalan, sejak menjelang magrib aktivitas warga yang melewati jalan itu seolah terhenti. Jika tak ada urusan yang begitu penting, kebanyakan warga lebih memilih tinggal di rumah bersama keluarga.
Tapi semenjak Mbak Erni membuka warung kpi dan mendoan tiga bulan yang lalu, jalan kampungku menjadi sangat ramai. Tak hanya siang hari, sampai malam sekitar pukul 22.00 pun masih banyak orang yang singgah di warung mendoan Mbak Erni. Bukan hanya warga sekitar yang datang menikmati mendoan buatan Mbak Erni, tapi banyak pula orang luar daerah yang bermobil singgah di warung mendoan itu. Selain ingin menikmati mendoan di warung, banyak pula di antara mereka yang membeli buat oleh-oleh kerabat dan tetangganya.
Rupanya, itulah berkah rezeki yang Allah berikan kepada Mbak Erni. Sejak suaminya meninggal dunia lima bulan yang lalu, ia yang kemudian berstatus janda muda itu seolah hampir frustasi. Memiliki seorang anak kecil berumur tiga tahun tanpa memiliki pekerjaan, ia merasa hidupnya sangat menderita. Meski demikian, ia mengatakan masih belum memikirkan untuk memiliki suami lagi. Sebagai tetangga, aku kemudian memberi saran kepadanya.
"Mbak Erni disamping jual kopi, bisa membuat mendoan kan?" tanyaku kepadanya suatu sore.
"Tentu saja bisa kan, Mas. Masa bikin mendoan saja tidak bisa?" jawabnya tegas.
"Kalau begitu, saran saya Mbak Erni berjualan mendoan saja. Siapa tahu inilah jalan rezeki yang Allah berikan untuk Mbak Erni."
"Berjualan mendoan? Apa istimewanya mendoan, Mas? Lagi pula, siapa yang nanti akan membelinya?" nada pesimis muncul dari mulut janda muda itu.
Aku tersenyum. Sebagai orang yang pernah mengikuti bimbingan teknis kewirausahaan, aku kemudian berusaha untuk memberi sedikit penjelasan tentang dunia kewirausahaan yang telah aku ketahui.
"Mbak Erni, untuk berwirausaha seperti berjualan misalnya, orang tak boleh menyepelekan barang dagangan yang akan dijual. Banyak hal lain yang bisa dilakukan orang untuk membuat barang dagangannya yang sebenarnya hanya biasa, tapi nantinya akan menjadi luar biasa," aku mencoba meyakinkannya.
"Apa itu, Mas?" Mbak Erni tampak tertarik pada kata-kataku. Aku merasa senang melihat reaksinya.
"Selain tempat berjualan yang bersih dan memadai, juga diperlukan penampilan penjual dan pelayanan kepada pembeli yang ramah, serta satu lagi promosi. Itu semua akan bisa mendongkrak penjualan barang dagangan apa pun, Mbak."
"Tapi kalau yang dijual mendoan, apa istimewanya, Mas?" Mbak Erni masih tampak kurang percaya.
Aku kemudian menjelaskan beberapa kiat sukses berwirausaha yang aku ketahui. Selain itu, aku katakan pula bahwa aku sanggup membantu semampuku, utamanya soal promosi. Mbak Erni pun lalu manggut-manggut tanda setuju atas saranku.
Tak sampai sepuluh hari, warung kopi plus mendoan Mbak Erni sudah siap. Rumah orang tuanya yang cukup luas dengan halaman yang juga cukup luas, telah berubah menjadi warung yang cukup memadai dan menarik. Atas saranku yang kemudian disetujui Mbak Erni, warung itu diberi nama Mendoan Janda Muda dengan taglinnya: kandel, anget, dan gurih.
Banner ukuran besar pun terpampang di depan warung. Tak ketinggalan, di pertigaan jalan raya menuju ke jalan kampung, banner itu pun dengan sangat jelas bisa dibaca siapa pun yang melintas. Promosi melalui internet pun tak lupa aku lakukan.
Setiap berjualan, Mbak Erni yang dasarnya memang cantik selalu berpenampilan menarik. Mendoan yang dibuatnya selalu berbahan tempe kualitas super. Bumbu-bumbunya, selain bawang putih, ketumbar, dan garam, juga dilengkapi dengan kencur dan rajangan daun bawang. Tepung dan minyak gorengnya juga dipilih yang kualitasnya super. Peralatan memasaknya juga selalu terjaga kebersihannya. Tak mengherankan jika banyak orang yang kemudian tergoda untuk singgah dan menikmati mendoan buatannya.
Perkembangan warung Kopi dan mendoan Janda Muda memang pesat luar biasa. Tak sampai dua bulan, warung kopi milik Mbak Erni itu telah menjadi jujugan banyak orang dari berbagai daerah. Apalagi setelah Mbak Erni melengkapi dengan kopi panas, wedang jahe, dan lain-lain, warung mendoan Mbak Erni semakin ramai pengunjung. Semua itu memberikan berkah tersendiri bagi anggota Karangtaruna untuk membuka usaha parkir dan pengamanan kendaraan pengunjung, yang bisa untuk menambah kas organisasi.
Mulai hari kedua lebaran kemarin, warung kopi dan mendoan Mbak Erni ramainya bukan main. Banyak pengunjung yang karena tidak kebagian tempat duduk di dalam, terpaksa duduk di depan warung. Mobil-mobil banyak yang terpaksa harus diparkir di pinggir jalan kampung. Karena banyaknya pengunjung, Mbak Erni terpaksa harus menambah tenaga. Ada dua wanita muda yang membantunya. Konon, keduanya juga merupakan janda-janda muda. Entah bagaimana cara Mbak Erni mencarinya.
Melihat pesatnya perkembangan warung kopi dan Mendoan Janda Muda, aku benar-benar merasa senang. Kini, Mbak Erni telah menemukan jalan rezeki. Bahkan pemuda kampung yang memarkir kendaraan juga kebagian rezeki. Begitu pula dua janda muda yang ikut bekerja di warung Mbak Erni itu.
Meski demikian, diam-diam hatiku sempat bertanya. Sampai kapan warung Kopi dan Mendoan Janda Muda itu akan bertahan? Apakah Mbak Erni selamanya akan menjanda demi mempertahankan warung mendoannya? Padahal, meski saat ini Mbak Erni merupakan janda muda, tentu nantinya akan berubah menjadi janda tua.
Aku hanya tersenyum. Aku pun merasa tak perlu terlalu memikirkan kelanjutan perkembangan warung kopi dan mendoan Mbak Erni. Biarlah takdir Ilahi yang akan menentukannya nanti. Semoga saja Allah akan selalu memberi rezeki kepada Mbak Erni.
selalu didepan
BalasHapusSingel parent bukan pilihan tdk semua bisa menggoda
BalasHapus