Baca Juga
Menggaruk adalah hal yang lumrah, terutama saat kulit terasa gatal. Bahkan, tangan pun seakan bergerak secara otomatis untuk menggaruk bagian tubuh yang gatal agar keluhan bisa berkurang.
Meski demikian, tahukah Anda bahwa terdapat beberapa kondisi kulit gatal yang sebaiknya tidak digaruk?
Faktanya, menggaruk bagian yang gatal bisa saja memperparah keluhan. Terkadang, rasa sakit akibat garukan membuat tubuh Anda melepaskan zat kimia serotonin. Zat ini bisa membuat sensasi gatal bertambah parah.
Tidak hanya itu, menggaruk juga konon bisa membuat rasa gatal muncul di bagian tubuh lainnya. Pada akhirnya, terjadilah siklus gatal dan garuk yang semakin buruk.
Lantas, apa saja kondisi kulit gatal yang tidak boleh digaruk? Berikut ini beberapa di antaranya:
Baca juga : Hindari Konsumsi makanan Mie Instan Berlebihan Untuk Cegah stroke
1. Kulit Kering
Alasan paling umum munculnya rasa gatal adalah karena keringnya lapisan luar kulit pelindung (stratum corneum).
Kulit kering yang digaruk terus-menerus dapat memicu pembentukan celah dan bukaan, yang pada gilirannya bisa meningkatkan risiko infeksi.
2. Kulit Terbakar Sinar Matahari
Menggaruk bagian tubuh yang terbakar sinar matahari bisa menyebabkan kerusakan kulit, memperlambat proses penyembuhan, dan memperburuk keluhan.
Menggaruk kulit yang terbakar sinar matahari juga bisa memperparah sensasi nyeri, sehingga rasa tidak nyaman semakin menjadi-jadi.
3. Eksem
Eksem muncul ketika Anda mengalami kondisi kulit kering, kasar, dan meradang. Kondisi kulit yang demikian sebaiknya tidak digaruk, karena berpotensi memperburuk keluhan.
Menggaruk kulit eksem bahkan dapat meningkatkan risiko lichen simplex kronikus. Kondisi ini dapat membuat kulit menjadi lebih tebal, gelap, dan keriput. Kulit pun bisa terasa semakin gatal dan sulit diobati.
Anda juga berisiko lebih tinggi mengalami prurigo nodularis, di mana kulit yang tergores atau terangkat malah berkembang menjadi benjolan dengan sensasi gatal.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit peradangan pada kulit yang bersifat kronis atau berkepanjangan. Gejala psoriasis umumnya berupa bercak merah, kulit bersisik dan kering, pecah-pecah dan mudah berdarah, serta gatal-gatal disertai nyeri sendi.
Pada kasus psoriasis, Anda sebaiknya menahan keinginan untuk menggaruk kulit yang gatal. Sebab, bagian-bagian epidermis di atas pembuluh darah yang melebar dapat berdarah ketika tergores.
5. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak masih sejenis dengan eksem. Oleh karena itu, jika mengalami kondisi ini, Anda sebaiknya menahan keinginan untuk menggaruk.
Apabila digaruk, Anda malah berisiko mengalami pendarahan pada kulit, infeksi, atau bahkan sensasi gatal yang lebih hebat.
6. Ketombe
Secara teknis, ketombe berkaitan dengan tumbuhnya jamur yang disebut malassezia. Jamur tersebut hidup di kulit kepala semua orang. Tetapi, bagi orang-orang yang rentan terhadap ketombe, malassezia menyebabkan iritasi dan pertumbuhan sel kulit berlebih.
Pada beberapa orang yang rentan, menggaruk kulit kepala berketombe dapat memperburuk proses peradangan yang sudah dipicu oleh malassezia.
7. Kaki Atlet
Kaki atlet atau athlete's foot sangat mungkin terjadi akibat kondisi kaki, terutama bagian sela-sela, yang selalu lembap. Kondisi ini bisa menyebabkan kulit bagian sela-sela kaki bersisik, dengan bagian telapak kering dan memerah.
Kondisi tersebut sebaiknya tidak digaruk. Pasalnya, menggaruknya malah bisa meningkatkan risiko pembentukan luka terbuka dan infeksi.
8. Dermatographia
Dermatographia adalah penyakit kulit yang membuat penderitanya mengalami goresan timbul atau menonjol dari permukaan kulit. Hal ini biasanya terjadi akibat garukan berlebih pada kulit.
Semakin banyak goresan yang muncul, semakin tinggi pula risiko iritasi pada kulit. Anda pun berpotensi mengalami luka yang dalam, bahkan mengalami reaksi serupa alergi.
9. Skabies
Skabies merupakan penyakit kulit akibat gigitan serangga, yaitu tungau. Serangga ini bersarang dan berkembang biak di bawah kulit Anda.
Salah satu gejala dari skabies adalah rasa gatal yang hebat, terutama pada sore atau malam hari. Rasa gatal yang ditimbulkan pun cukup sulit ditahan, sehingga membuat penderitanya terus menggaruk bagian tubuh yang ditinggali oleh tungau tersebut.
Jika Anda terus menggaruk kulit saat terkena skabies, maka risiko terkena infeksi sekunder bisa lebih tinggi. Infeksi sekunder akan membuat kulit Anda jadi bernanah dan mudah berdarah, sehingga lebih sulit disembuhkan.
Tak hanya itu, jari dan kuku yang digunakan saat menggaruk juga bisa menjadi sumber penyebaran tungau atau telurnya, sehingga menyebabkan timbulnya gatal di daerah tubuh lain. Anda pun berpotensi menularkan kondisi tersebut ke orang lain.
Sudah tahu ‘kan kondisi kulit apa saja yang sebaiknya tidak digaruk? Terlepas dari beberapa kondisi kulit yang disebutkan di atas, sebaiknya memang Anda tidak menggaruk jika merasakan gatal.
Pada dasarnya, garukan justru bisa meningkatkan risiko iritasi, infeksi, dan keluhan menjadi lebih sulit disembuhkan. Risiko tersebut bisa meningkat bekali lipat jika Anda menggaruknya secara berlebihan.
Meski demikian, tahukah Anda bahwa terdapat beberapa kondisi kulit gatal yang sebaiknya tidak digaruk?
Faktanya, menggaruk bagian yang gatal bisa saja memperparah keluhan. Terkadang, rasa sakit akibat garukan membuat tubuh Anda melepaskan zat kimia serotonin. Zat ini bisa membuat sensasi gatal bertambah parah.
Tidak hanya itu, menggaruk juga konon bisa membuat rasa gatal muncul di bagian tubuh lainnya. Pada akhirnya, terjadilah siklus gatal dan garuk yang semakin buruk.
Lantas, apa saja kondisi kulit gatal yang tidak boleh digaruk? Berikut ini beberapa di antaranya:
Baca juga : Hindari Konsumsi makanan Mie Instan Berlebihan Untuk Cegah stroke
1. Kulit Kering
Alasan paling umum munculnya rasa gatal adalah karena keringnya lapisan luar kulit pelindung (stratum corneum).
Kulit kering yang digaruk terus-menerus dapat memicu pembentukan celah dan bukaan, yang pada gilirannya bisa meningkatkan risiko infeksi.
2. Kulit Terbakar Sinar Matahari
Menggaruk bagian tubuh yang terbakar sinar matahari bisa menyebabkan kerusakan kulit, memperlambat proses penyembuhan, dan memperburuk keluhan.
Menggaruk kulit yang terbakar sinar matahari juga bisa memperparah sensasi nyeri, sehingga rasa tidak nyaman semakin menjadi-jadi.
3. Eksem
Eksem muncul ketika Anda mengalami kondisi kulit kering, kasar, dan meradang. Kondisi kulit yang demikian sebaiknya tidak digaruk, karena berpotensi memperburuk keluhan.
Menggaruk kulit eksem bahkan dapat meningkatkan risiko lichen simplex kronikus. Kondisi ini dapat membuat kulit menjadi lebih tebal, gelap, dan keriput. Kulit pun bisa terasa semakin gatal dan sulit diobati.
Anda juga berisiko lebih tinggi mengalami prurigo nodularis, di mana kulit yang tergores atau terangkat malah berkembang menjadi benjolan dengan sensasi gatal.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit peradangan pada kulit yang bersifat kronis atau berkepanjangan. Gejala psoriasis umumnya berupa bercak merah, kulit bersisik dan kering, pecah-pecah dan mudah berdarah, serta gatal-gatal disertai nyeri sendi.
Pada kasus psoriasis, Anda sebaiknya menahan keinginan untuk menggaruk kulit yang gatal. Sebab, bagian-bagian epidermis di atas pembuluh darah yang melebar dapat berdarah ketika tergores.
5. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak masih sejenis dengan eksem. Oleh karena itu, jika mengalami kondisi ini, Anda sebaiknya menahan keinginan untuk menggaruk.
Apabila digaruk, Anda malah berisiko mengalami pendarahan pada kulit, infeksi, atau bahkan sensasi gatal yang lebih hebat.
6. Ketombe
Secara teknis, ketombe berkaitan dengan tumbuhnya jamur yang disebut malassezia. Jamur tersebut hidup di kulit kepala semua orang. Tetapi, bagi orang-orang yang rentan terhadap ketombe, malassezia menyebabkan iritasi dan pertumbuhan sel kulit berlebih.
Pada beberapa orang yang rentan, menggaruk kulit kepala berketombe dapat memperburuk proses peradangan yang sudah dipicu oleh malassezia.
7. Kaki Atlet
Kaki atlet atau athlete's foot sangat mungkin terjadi akibat kondisi kaki, terutama bagian sela-sela, yang selalu lembap. Kondisi ini bisa menyebabkan kulit bagian sela-sela kaki bersisik, dengan bagian telapak kering dan memerah.
Kondisi tersebut sebaiknya tidak digaruk. Pasalnya, menggaruknya malah bisa meningkatkan risiko pembentukan luka terbuka dan infeksi.
8. Dermatographia
Dermatographia adalah penyakit kulit yang membuat penderitanya mengalami goresan timbul atau menonjol dari permukaan kulit. Hal ini biasanya terjadi akibat garukan berlebih pada kulit.
Semakin banyak goresan yang muncul, semakin tinggi pula risiko iritasi pada kulit. Anda pun berpotensi mengalami luka yang dalam, bahkan mengalami reaksi serupa alergi.
9. Skabies
Skabies merupakan penyakit kulit akibat gigitan serangga, yaitu tungau. Serangga ini bersarang dan berkembang biak di bawah kulit Anda.
Salah satu gejala dari skabies adalah rasa gatal yang hebat, terutama pada sore atau malam hari. Rasa gatal yang ditimbulkan pun cukup sulit ditahan, sehingga membuat penderitanya terus menggaruk bagian tubuh yang ditinggali oleh tungau tersebut.
Jika Anda terus menggaruk kulit saat terkena skabies, maka risiko terkena infeksi sekunder bisa lebih tinggi. Infeksi sekunder akan membuat kulit Anda jadi bernanah dan mudah berdarah, sehingga lebih sulit disembuhkan.
Tak hanya itu, jari dan kuku yang digunakan saat menggaruk juga bisa menjadi sumber penyebaran tungau atau telurnya, sehingga menyebabkan timbulnya gatal di daerah tubuh lain. Anda pun berpotensi menularkan kondisi tersebut ke orang lain.
Sudah tahu ‘kan kondisi kulit apa saja yang sebaiknya tidak digaruk? Terlepas dari beberapa kondisi kulit yang disebutkan di atas, sebaiknya memang Anda tidak menggaruk jika merasakan gatal.
Pada dasarnya, garukan justru bisa meningkatkan risiko iritasi, infeksi, dan keluhan menjadi lebih sulit disembuhkan. Risiko tersebut bisa meningkat bekali lipat jika Anda menggaruknya secara berlebihan.
Like nih mah
BalasHapusPenasaran kl gk d garuk
BalasHapus