Akibat Suka Menahan Marah..

Editor by Manoby
2

Baca Juga


Hayo siapa yang suka empet bila menghadapi permasalahan? Apakah kalian tetap menahan diri meski menyakitkan? Heeem . Daripada meluapkannya dengan cara yang tepat, beberapa orang memilih untuk menahan amarah dari waktu ke waktu. Hal ini bisa membuat perasaan makin sensitif, lho! 


Awas, Sering Menahan Marah Bikin Perasaan Semakin Sensitif Tidak sedikit orang menahan amarah dan tidak meluapkannya. Apakah Anda termasuk salah satu yang seperti ini? 

Menahan amarah sesekali sebenarnya tak akan berdampak apa-apa, selama Anda bisa meluapkannya dengan cara yang tepat. Jika amarah tersebut terus-menerus ditahan, kondisi psikis Anda malah bisa terganggu. 

Bahkan, sebagian orang yang sering menahan amarah mengaku bahwa dirinya menjadi lebih sensitif daripada sebelumnya. Lantas, mengapa bisa demikian? 

Alasan Menahan Emosi Bikin Perasaan Semakin Sensitif 

Dijelaskan oleh Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, semua emosi dapat dianggap sehat apabila dipahami pemicunya dan bisa disalurkan dengan cara yang tepat. 

Oleh karena itu, daripada menahan amarah, lebih baik Anda menyalurkannya dengan cara yang sehat dan tepat. 

“Emosi yang tertahan akan menumpuk, sehingga membuat seseorang menjadi lebih sensitif terhadap komentar atau hal yang menyinggungnya,” kata Gracia. 

“Emosi yang tertumpuk bisa meledak sewaktu-waktu saat tidak sanggup ditampung lagi,” sambungnya. 

Melansir dari healthline, ketika seseorang menahan amarah, mereka biasanya juga merasakan kesedihan dan kekesalan atau frustasi. 

Perasaan tersebut dapat bercampur sehingga membuat kondisi psikis menjadi lebih sensitif, sekalipun terhadap hal-hal yang remeh. 

Dalam beberapa kasus, orang yang menahan amarah atau emosi lainnya secara terus-menerus juga dapat menjauhkan diri dari orang-orang terdekat. Mereka pun bisa meluapkan emosinya pada orang yang salah. 

Akibat Meluapkan Emosi pada Cara yang Salah

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, menyasar emosi pada orang lain dikenal dengan sebutan displacement. 

Kondisi ini bisa diartikan sebagai mekanisme pertahanan diri, yaitu dengan mengalihkan atau memindahkan perasaan kepada orang lain. 

Displacement terjadi karena orang tersebut tidak bisa mengungkapkan amarah atau emosi lainnya kepada target yang sebenarnya, baik karena takut, khawatir, atau cemas. 

“Ketika kesal dengan si A, mungkin dia merasa tidak mampu menyampaikan perasaannya, akhirnya malah marah ke si B,” ungkap Ikhsan, mencontohkan. 

“Karena, menurut individu yang marah tersebut, si B ini lebih lemah atau memang sudah sangat akrab,” lanjutnya. 

Namun, alih-alih menyelesaikan masalah, Ikhsan mengatakan bahwa perilaku displacement justru bisa menimbulkan konflik dalam hubungan sosial yang selama ini telah dijalin. 

Selain itu, permasalahan yang dimiliki dengan target sebenarnya juga tidak terselesaikan dengan baik. Hal ini malah dapat memicu perasaan stres atau bahkan depresi. 

Oleh karena itu, jika memang sedang emosi, Anda sebaiknya menenangkan diri terlebih dahulu. Jika kondisi sudah lebih tenang, cobalah untuk bercerita dan mintalah pendapat dari teman terdekat. 

Apabila saatnya tepat, Anda pun bisa menceritakan langsung luapan emosi yang dirasakan sebelumnya kepada target. Ingat, penyampaiannya harus dengan kepala dingin agar tidak memicu masalah baru. 

Mulai saat ini, jangan lagi menahan amarah atau emosi lainnya. Lebih baik luapkan dengan cara yang tepat, agar tidak malah merugikan diri sendiri dan orang-orang lain di sekitar Anda. 


Tags:

Posting Komentar

2Komentar

Posting Komentar